|
59. GREGOR MENDEL 1822-1884
Ilmu prinsip dasar keturunan layak berterima kasih kepada penemunya, Gregor
Mendel, pendeta Austria tak terkenal, ilmuwan amatir yang obyek penyelidikan
briliannya semula tidak diacuhkan oleh dunia ilmu.
Mendel dilahirkan tahun 1822 di kota Heinzendorf di daerah daulat kerajaan
Austria yang kini masuk bagian wilayah Cekosiowakia. Tahun 1843 dia masuk biara
Augustinian, di kota Brunn, Austria (kini bernama Brno, Ceko). Dia menjadi
pendeta tahun 1847. Tahun 1850 dia ikut ujian peroleh ijasah guru, tetapi gagal
dan dapat angka terburuk dalam biologi! Meski begitu, kepada pendeta di biaranya
mengirim Mendel ke Universitas Wina, dari tahun 1851-1853 dia belajar matematika
dan ilmu pengetahuan lainnya. Mendel tak pernah berhasil mengantongi ijasah guru
resmi, tetapi dari tahun 1854-1868 dia menjadi guru cadangan ilmu alam di
sekolah modern kota Brunn.
Sementara itu, mulai tahun 1856 dia memperlihatkan pengalaman-pengalamannya
yang masyhur di bidang pembiakan tumbuh-tumbuhan. Menjelang tahun 1865 dia sudah
menemukan hukum keturunannya yang kesohor dan mempersembahkan kertas kerjanya di
depan perkumpulan peminat sejarah alam kota Brunn. Tahun 1866 hasil
penyelidikannya diterbitkan oleh majalah Transactions milik perkumpulan itu di
bawah judul "Experiments with Plant Hybrids." Kertas kerja keduanya diterbitkan
oleh majalah itu juga tiga tahun kemudian. Kendati majalah itu bukanlah majalah
besar, tetapi banyak terdapat di pelbagai perpustakaan besar. Di samping itu
Mendel mengirim satu salinan kepada Karl Nageli, seorang tokoh disegani di
bidang ilmu keturunan. Nageli membaca salinan itu dan kirim balasan kepada
Mendel tetapi dia tidak paham apa yang teramat penting dalam salinan kertas
kerja Mendel itu. Sesudah itu umumnya kertas kerja Mendel diabaikan dan nyaris
dilupakan orang hampir tiga puluh tahun lamanya.
Tahun 1866 Mendel naik pangkat ditunjuk jadi pendeta kepala di biaranya.
Kesibukan administrasi rutin membuatnya kehabisan tempo melanjutkan
penyelidikannya dalam bidang tanam-tanaman. Ketika dia meninggal tahun 1884
dalam usia enam puluh satu, penyelidikan briliannya nyaris dilupakan orang dan
dia tak peroleh pengakuan apa pun untuk penyelidikan itu.
Jerih payah Mendel baru diketemukan kembali tahun 1900 oleh tiga ilmuwan dari
tiga bangsa yang berbeda-beda: Hugo de Vries dari Negeri Belanda, Carl Correns
dari Jerman dan Erich von Tschermak dari Austria. Mereka bekerja secara terpisah
tatkala menemukan artikel Mendel. Masing-masing mereka sudah punya pengalaman
sendiri di bidang botani. Masing-masing secara tersendiri menemukan hukum
Mendel. Dan masing-masing (sebelum menerbitkan buku) secara seksama mempelajari
hasil kerja Mendel dan masing-masing pula menjelaskan bahwa penyelidikannya
memperkuat pendapat Mendel. Satu kebetulan segitiga yang aneh! Lebih dari itu,
di tahun itu juga, William Bateson, ilmuwan berkebangsaan Inggris, menemukan
pula kertas kerja Mendel yang asli dan segera mengedepankan kepada kalangan
dunia ilmu. Di penghujung tahun itu Mendel dapat sambutan meriah dan penghargaan
atas begitu hebat karya-karya yang dilakukannya selama masa hidupnya.
Bukti-bukti apakah perihal keturunan yang sudah ditemui Mendel? Pertama,
Mendel mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang
kini disebut gene yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada
anak-anaknya. Dalam dunia tumbuh-tumbuhan yang diselidiki Mendel, tiap ciri
pribadi, misalnya warna benih, bentuk daun, ditentukan oleh pasangan gene. Suatu
tumbuhan mewariskan satu gene tiap pasang dari tiap "induk"-nya. Mendel
menemukan, apabila dua gene mewariskan satu kualitas tertentu yang berbeda
(misalnya, satu gene untuk benih hijau dan lain gene untuk benih kuning) akan
menunjukkan dengan sendirinya dalam tumbuhan tertentu itu. Tetapi, gene yang
berciri lemah tidaklah terhancurkan dan mungkin diteruskan kepada tumbuhan
keturunannya. Mendel menyadari, tiap kegiatan sel atau gamete (serupa dengan
sperma atau telur pada manusia) berisi cuma satu gene untuk satu pasang. Dia
juga menegaskan, adalah sepenuhnya suatu kebetulan bilamana gene dari satu
pasang terjadi pada satu gamete dan diteruskan kepada keturunan tertentu.
Hukum Mendel, meski sudah dilakukan perubahan kecil, tetap merupakan titik
tolak dari ilmu genetika modern. Bagaimana Mendel selaku seorang amatir mampu
menemukan prinsip yang begitu penting yang menyisihkan begitu banyak biolog
profesional yang masyhur yang ada sebelumnya? Untungnya, dia memilih untuk
bidang penyelidikannya jenis tumbuhan yang ciri-ciri khasnya ditentukan oleh
seperangkat gene. Kalau saja ciri-ciri pokok yang diselidikinya masing-masing
sudah ditentukan oleh pelbagai perangkat gene, penyelidikannya akan menghadapi
kesulitan yang luar biasa. Tetapi, keberuntungan ini tidak akan menolong Mendel
kalau saja dia tidak punya sifat kecermatan yang dahsyat dan kesabaran seorang
pencoba, dan juga tidak akan menolongnya apabila dia tidak menyadari bahwa perlu
membuat analisa statistik dari pengamatannya. Karena faktor contoh-contoh di
atas, umumnya mungkin tidak bisa diduga jenis kualitas mana sesuatu keturunan
akan mewariskan. Hanya lewat sejumlah besar percobaan (Mendel sudah mencatat
hasil lebili dari 21.000 tumbuh-tumbuhan!), dan lewat analisa hasil-hasilnya,
Mendel dapat menarik kesimpulan terhadap hukum-hukumnya.
Jelaslah, hukum keturunan merupakan penambah penting buat pengetahuan
manusia, dan pengetahuan kita tentang genetika mungkin akan lebih dapat
dipraktekkan di masa depan daripada sebelumnya. Ada pula faktor yang tak boleh
diabaikan kalau kita memutuskan dimana Mendel mesti ditempatkan dalam urutan
daftar buku ini. Karena penemuannya diremehkan di saat hidupnya, dan
kesimpulan-kesimpulannya diketemukan oleh ilmuwan yang datang belakangan,
penyelidikan Mendel dianggap tidak berdiri sendiri. Apabila alasan ini
dipaksakan, orang bisa berkesimpulan bahwa Mendel mungkin bisa tersisihkan
sepenuhnya dari daftar, seperti halnya Leif Ericson, Aristarchus, Ignaz
Semmelweiss telah disisihkan guna memberikan tempat buat Colombus, Copernicus
dan Joseph Lister.
Tetapi, ada beda antara kasus Mendel dengan lainnya. Pekerjaan Mendel
terlupakan hanya sebentar, dan begitu diketemukan kembali, segera melangit.
Lebih jauh dari itu, de Vries, Correns, dan Tschermak, meskipun mereka menemukan
kembali prinsip-prinsipnya secara independen, toh dia baca karya Mendel dan
mengutip hasil-hasilnya. Akhirnya, orang tidak bisa bilang karya Mendel tak
berpengaruh kendati de Vries, Correns dan Tschermak tak pernah hidup di dunia.
Artikel-artikel Mendel sudah tersebar luas riwayat-riwayatnya (oleh W.O. Focke)
sekitar masalah keturunan. Tulisan itu cepat atau lambat sudah dapat dipastikan
akan diketemukan juga oleh mahasiswa-mahasiswa yang serius di bidang itu. Juga
layak dicatat, tak satu pun dari ketiga ilmuwan itu yang menuntut bahwa
merekalah penemu ilmu genetika. Juga, secara umum dunia ilmu sudah menyebutnya
sebagai "Hukum Mendel."
Penemuan Mendel kelihatannya bisa dibandingkan dengan penemuan Harvey, baik
dari segi orisinalnya maupun arti pentingnya tentang peredaran darah, dan dia
sudah ditempatkan pada urutan yang sewajarnya.
|
Posting Komentar