News Update :
Home » , » Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono (DUA PERISTIWA DALAM SATU SAJAK DUA BAGIAN, GONGGONG ANJING, KAMI BERTIGA, KEPOMPONG ITU, KETIKA MENUNGGU BIS KOTA, MALAM-MALAM, KISAH, KUKIRIMKAN PADAMU)

Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono (DUA PERISTIWA DALAM SATU SAJAK DUA BAGIAN, GONGGONG ANJING, KAMI BERTIGA, KEPOMPONG ITU, KETIKA MENUNGGU BIS KOTA, MALAM-MALAM, KISAH, KUKIRIMKAN PADAMU)

Penulis : ipaku on 8 Des 2012 | 7:46 AM

DUA PERISTIWA DALAM SATU SAJAK DUA BAGIAN
Oleh :

Sapardi Djoko Damono



1
sehabis langkah-langkah kaki: hening
siapa?
barangkali si pesuruh yang tersesat dan gagal menemukan tempat- tinggalmu padahal sejak semula sudah diikutinya jejakmu
padahal harus lekas-lekas disampaikannya pesan itu padamu 2
seolah-olah kau harus segera mengucapkan sederet kata
yang pernah kaukenal artinya,
yang membuatmu terkenang akan batang randu alas tua
yang suka menjeritjerit kalau sarat berbunga
 
 
 
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982. 

 ========================================================================
GONGGONG ANJING
untuk Rizki
Oleh :

Sapardi Djoko Damono
 

gonggong anjing itu mula-mula lengket di lumpur
lalu merayapi pohon cemara dan tergelincir terbanting di atas rumah
menyusup lewat celah-celah genting
bergema dalam kamar demi kamar
tersuling lewat mimpi seorang anak lelaki
siapa itu yang bernyanyi bagai bidadari?" tanya sunyi
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.

KAMI BERTIGA
Oleh :
Sapardi Djoko Damono

  



dalam kamar ini kami bertiga :
aku, pisau dan kata --
kalian tahu, pisau barulah pisau kalau ada darah di matanya
tak peduli darahku atau darah kata
 ========================================================================

KEPOMPONG ITU
Oleh :

Sapardi Djoko Damono



kepompong yang tergantung di daun jambu itu mendengar kutukmu yang kacau terhadap hawa lembab ketika kau menutup jendela waktu hari hujan
kepompong itu juga mendengar rohmu yang bermimpi dan meninggalkan tubuhmu: melepaskan diri lewat celah pintu, melayang di udara dingin sambil bernyanyi dengan suara bening dan bermuatan bau bunga
dan kepompong itu hanya bisa menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan-kiri, belum saatnya ia menjelma kupu-kupu; dan, kau tahu , ia tak berhak bermimpi 
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
 =============================================================================================


 

KETIKA MENUNGGU BIS KOTA, MALAM-MALAM
Oleh :
Sapardi Djoko Damono
"Hus, itu bukan anjing; itu capung!" katanya.  Tapi capung tak pernah terbang malam, bukan?  Capung tak suka ke tempat sampah
-- biasanya ia hinggap di ujung daun rumput waktu pagi hari,
dan kalau ada gadis kecil akan menangkapnya ia pun terbang ke balik pagar  sambil mendengarkan suara "aahh!" Tubuhnya mungil, bukan?
Sedangkan yang kulihat tadi jelas anjing kampung yang ekornya buntung, menjilatjilat tempat sampah yang di seberang halte  itu, mengelilinginya,
lalu kencing di sudutnya.
Hanya saja, aku memang tak melihat ke mana gaibnya.
"Itu capung!" katanya.  Sayang sekali bahwa kau merasa tak melihat apa pun di seberang sana tadi. 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
=========================================================================

KISAH
 Oleh :
Sapardi Djoko Damono

Kau pergi, sehabis menutup pintu pagar sambil sekilas menoleh namamu sendiri yang tercetak di plat alumunium itu.  Hari itu musim hujan yang panjang dan sejak itu mereka tak pernah melihatmu lagi.
Sehabis penghujan reda, plat nama itu ditumbuhi lumut sehingga tak bisa terbaca lagi.
Hari ini seorang yang mirip denganmu nampak berhenti di depan pintu pagar rumahmu, seperti mencari sesuatu. la bersihkan lumut dari plat itu, Ialu dibacanya namamu nyaring-nyaring.
Kemudian ia berkisah padaku tentang pengembaraanmu.
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
=========================================================================

KUKIRIMKAN PADAMU
Oleh :

Sapardi Djoko Damono
 
 
 
 
kukirimkan padamu kartu pos bergambar, istriku,
par avion: sebuah taman kota, rumputan dan bunga-bunga, bangku dan beberapa orang tua, burung-burung merpati dan langit yang entah batasnya. Aku, tentu saja, tak ada di antara mereka.
Namun ada.
 
 
 
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.





 

Share this article :

Posting Komentar

 
Design Template by Shies Adja | Powered by Blogger