Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono (DI ATAS BATU, DI SEBUAH HALTE BIS, DI TANGAN ANAK-ANAK, DUA PERISTIWA DALAM SATU SAJAK DUA BAGIAN)
DI ATAS BATU
Oleh :
Sapardi Djoko Damono
ia duduk di atas batu dan
melempar-lemparkan kerikil ke tengah kali
ia
gerak-gerakkan kaki-kakinya di air sehingga memercik ke sana ke mari
ia pandang sekeliling : matahari yang hilang - timbul di
sela goyang daun-daunan, jalan setapak
yang mendaki tebing kali, beberapa
ekor capung
-- ia ingin yakin bahwa benar-benar berada di
sini
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
DI SEBUAH HALTE
BIS
Oleh :
Sapardi Djoko Damono
Hujan tengah malam membimbingmu ke sebuah
halte bis dan membaringkanmu di sana.
Kau memang tak pernah berumah, dan
hujan tua itu kedengaran terengah batuk-batuk dan tampak putih.
Pagi harinya anak-anak sekolah yang menunggu di
halte bis itu melihat bekas-bekas
darah dan mencium bau busuk. Bis tak kunjung datang. Anak-anak tak pernah bisa
sabar menunggu. Mereka menjadi kesal
dan, bagai para pemabok, berjalan sempoyongan sambil melempar-lemparkan buku dan
menjerit-jerit menyebut-nyebut
namamu.
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
DI TANGAN ANAK-ANAK
Oleh :
Sapardi Djoko Damono
Di tangan anak-anak, kertas menjelma
perahu Sinbad yang tak takluk pada gelombang, menjelma burung . yang jeritnya
membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan; di mulut anak-anak, kata menjelma
Kitab Suci.
"Tuan, jangan
kauganggu permainanku ini."
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982
DUA PERISTIWA DALAM SATU SAJAK DUA
BAGIAN
Oleh :
Sapardi Djoko Damono
1
sehabis langkah-langkah kaki: hening
siapa?
barangkali si pesuruh yang tersesat dan gagal
menemukan tempat- tinggalmu padahal
sejak semula sudah diikutinya jejakmu
padahal harus lekas-lekas disampaikannya pesan itu
padamu
2
seolah-olah kau harus segera mengucapkan sederet
kata
yang pernah kaukenal artinya,
yang membuatmu terkenang akan batang randu alas tua
yang suka menjeritjerit kalau
sarat berbunga
Perahu Kertas,
Kumpulan Sajak,
1982.
Posting Komentar